puisi sapardi djoko damono

10 Puisi Sapardi Djoko Damono Yang Paling Terkenal

Diposting pada

Nyari Puisi Sapardi Djoko Damono? berikut ini akan puisi.BestList.id share beberapa puisi Sapardi Djoko Damono yang paling terkenal di Indonesia, yang layak untuk kalian baca.

Kesemua puisi Sapardi Djoko Damono ini termasuk jenis puisi pendek, yang hanya terdiri dari beberapa bait puisi saja, dengan irama yang tidak selalu beraturan yang mungkin lebih cocok apabila dikategorikan dalam jenis puisi baru.

Terkait temanya, dari ke-17 puisi ini juga mengandung berbagai macam tema, beberapa diantaranya ada yang mengandung tema puisi cinta, puisi tentang alam, puisi kehidupan, dan lainnya.

Siapakah Sapardi Djoko Damono?

Meskipun sebenarnya karya puisi Sapardi Djoko Damono sudah cukup terkenal, namun kemungkinan tidak sedikit juga pengunjung yang belum mengenal siapa sebenarnya Sapardi Djoko Damono ini.

Mengutip Wikipedia Indonesia, pria yang bernama atau bertitel lengkap Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono ini adalah seorang pujangga yang asli berasal dari Indonesia. Sapardi Djoko Damono dikenal melalui berbagai karya puisi yang sudah ditulisnya sejak bertahun-tahun yang lalu.

Tema puisi yang banyak ditulis oleh Sapardi Djoko Damono adalan tentang hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun masyarakat umum yang menyukai karya puisi.

Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 dan saat ini sudah meninggal tepatnya pada tanggal 19 Juli 2020 yang lalu.

Penghargaan Sapardi Djoko Damono

Pria yang pernah mengenyam pendidikan di universitas lokal dan juga luar negeri ini ternyata juga sudah pernah menerima berbagai penghargaan, dan berikut ini adalah daftar penghargaan Sapardi Djoko Damono yang pernah ia dapatkan:

  • Cultural Award (Australia, 1978)
  • Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983)
  • SEA Write Award (Thailand, 1986)
  • Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990)
  • Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996)
  • Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003)
  • Akademi Jakarta (Indonesia, 2012)
  • Habibie Award (Indonesia, 2016)
  • ASEAN Book Award (2018)

10 Puisi Sapardi Djoko Damono Yang Paling Terkenal

Semu karya puisi berikut ini adalah murni karya puisi Sapardi Djoko Damono, yang kami ambil dari situs Gramedia.com.

1. Dalam Diriku

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Dalam diriku mengalir sungai panjang
Darah namanya;
Dalam diriku menggenang telaga darah
Sukma namanya;

Dalam diriku meriak gelombang sukma
Hidup namanya!
Dan karena hidup itu indah
Aku menangis sepuas-puasnya.

2. Yang Fana Adalah Waktu

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.

(puisi ini ditulis tahun 1978)

3. Aku Ingin

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(puisi ini ditulis tahun 1989)

Baca juga:

Puisi Aku Karya Dino Joy.

4. Hanya

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu

5. Sajak Kecil Tentang Cinta

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku

6. Menjenguk Wajah di Kolam

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Jangan kau ulang lagi
menjenguk
wajah yang merasa
sia-sia, yang putih
yang pasi
itu.

Jangan sekali-kali membayangkan
Wajahmu sebagai rembulan.

Ingat,
jangan sekali-kali. Jangan.

Baik, Tuan.

7. Sajak Tafsir

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu.
Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin.
Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah,
tidak memercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu.

Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam.

Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu.
Tolong ciptakan makna bagiku,
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba.

8. Kita Saksikan

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

kita saksikan burung-burung lintas di udara
kita saksikan awan-awan kecil di langit utara
waktu itu cuaca pun senyap seketika
sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya

di antara hari buruk dan dunia maya
kita pun kembali mengenalnya
kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata
saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia

(puisi ini ditulis tahun 1967)

9. Sementara Kita Saling Berbisik

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka

ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa

unggun api
sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.

(puisi ini ditulis 1966)

10. Dalam Doaku

  • Karya: Sapardi Djoko Damono

Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu,
itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

Demikian 10 karya puisi Sapardi Djoko Damono yang paling terkenal di Indonesia yang bisa kami share untuk pembaca pujanggamaya.my.id semuanya.